Tebing Bunuh Diri di Saipan

jepang, kisah tragis, sejarah, situs bersejarah dunia

Jika sebelumnya pasukan Kamikaze merelakan nyawa mereka demi keselamatan penduduk sipil, di Saipan para penduduk sipil justru mengakhiri hidup mereka daripada mesti menanggung kekalahan saat tentara Amerika mulai menjajaki daratan Jepang.

Pada tanggal 8-12 Juli, para prajurit Amerika yang mendarat di pulau Saipan disuguhkan pemandangan yang mencengangkan sekaligus mencekam. Di gua-gua perlindungan telah terbaring mayat-mayat penduduk sipil. Beberapa mati karena granat, ada yang karena racun bahkan dengan saling mencekik menggunakan tali. Ketika tentara Amerika menemukan beberapa yang masih hidup, mereka berlari menjauh dan memilih untuk melompat ke dalam jurang-jurang. Hingga kini tempat-tempat itu disebut Tebing Bunuh Diri dan Tebing Banzai, sebuah pengingat memilukan akan 1,000 -an jiwa penduduk sipil yang mengakhiri hidup mereka di tempat itu di saat-saat terakhir perang dunia kedua.

Tebing bunuh diri di Saipan, Jepang. Sekitar 1,000 warga sipil mati bunuh diri

Tebing bunuh diri di Saipan, Jepang.
Sekitar 1,000 warga sipil mati bunuh diri

Warga sipil yang memilih lompat dari jurang daripada menjadi tahanan perang

Warga sipil yang memilih lompat dari jurang daripada menjadi tahanan perang

Ada beberapa teori yang menjelaskan kejadian ini. Salah satunya adalah kehormatan dan harga diri rakyat Jepang yang lebih memilih mati daripada dilecehkan. Teori yang satu lagi, yang lebih banyak diterima adalah bahwa pesan-pesan propaganda yang terlalu gencar, baik dari pihak Jepang maupun Amerika. Pada akhir Juni kaisar Hirohito menyiarkan pidato yang mendorong para penduduk di Saipan untuk bunuh diri. Seorang jendral bernama Tojo berusaha menghentikan penyiarannya, namun hanya berhasil menundanya selama sehari.

Sejak Jepang menyerang Pearl Harbour (pangkalan Amerika di Hawai) secara mendadak pada 7 Desember 1941 yang menewaskan 2,403 orang, terjadi kemarahan besar-besaran dari pihak Amerika dan menyeret Amerika Serikat untuk ikut masuk ke dalam perang dunia kedua. Muncullah slogan-slogan perang seperti ‘Bantai Jepang’ dan anggapan umum bahwa Jepang adalah bangsa yang barbar dan tak berbudaya, yang boleh dibantai seperti hewan sebagai mana mereka membantai orang-orang di Pearl Harbour.

Ditambah lagi, setelah ditemukan foto para angkatan laut Amerika yang terpotong-potong dan termutilasi di pulau Wake, muncul juga kebiasaan di antara para tentara Amerika yang bertempur melawan pasukan Jepang di Pasifik untuk mengumpulkan cindera mata dari tentara Jepang yang berhasil mereka bunuh. Beberapa prajurit Amerika mengumpulkan telinga-telinga yang dipotong dan diikatkan di pinggang mereka. Yang lain mengumpulkan gigi untuk dijadikan kalung. Banyak tulang maupun gigi dikirimkan lewat pos kembali ke kampung halaman mereka di Amerika. Saking banyaknya hal ini dipraktikkan sehingga pemerintah mesti membuat aturan untuk melarangnya.

Sebuah gambar sampul majalah Life tahun 1994, seorang gadis menulis ucapan terima kasih atas tengkorak Jepang kepada kekasihnya yang seorang tentara Amerika

Sebuah gambar sampul majalah Life tahun 1994, seorang gadis menulis ucapan terima kasih atas tengkorak Jepang kepada kekasihnya yang seorang tentara Amerika

Dikarenakan hal itu warga Jepang selalu diperingati oleh anggota militernya bahwa pasukan Amerika tidak akan berbelas kasihan dan akan membantai semua orang Jepang, militer atau bukan. Menjelang pendaratan pasukan Amerika ke Jepang, para tentara membagikan granat kepada keluarga-keluarga yang telah berlindung di bunker-bunker perlindungan sebagai alat untuk bunuh diri.

Takajiro Nakamura, seorang penduduk pulau Geruma di daerah Okinawa, ketika itu masih berusia 15 tahun. Para tentara selalu menakut-nakutinya dan warga lain bahwa lebih baik mati daripada tertangkap tentara Amerika. Dia dan yang lain saat itu percaya bahwa tentara Amerika akan memperkosa yang wanita dan meremukkan yang pria dengan tank-tank mereka. Nakamura ingat kakak perempuannya yang berusia 20 tahun saat itu memohon pada ibunya untuk mencekik dirinya sebelum tentara Amerika datang. Ibunya lalu mengambil seutas tali dan membunuh putrinya. Nakamura sendiri mencoba mencekik dirinya sendiri namun gagal.

Beberapa menit kemudian ketika tentara Amerika datang, setelah digeledah, Nakamura diberikan permen dan rokok. Setelah itu Nakamura dan keluarganya yang selamat bisa keluar dari gua. Di gua sebelah, semua penghuninya yang berjumlah 10 orang berhasil bunuh diri. Dari 130 warga di pulau itu, 56 berhasil bunuh diri.

Ibunya, Nyonya Nakamura, hidup hingga berusia 80 tahun. Sekalipun sering membahas tentang perang, tak pernah sekalipun dia membicarakan saat ketika dia harus membunuh putrinya sendiri.

Seorang tentara Amerika membantu seorang wanita Jepang dan anaknya keluar dari gua perlindungan di Saipan

Seorang tentara Amerika membantu seorang wanita Jepang dan anaknya keluar dari gua perlindungan di Saipan

Sumber: wikipedia, wikipedia, nytime

Lihat juga: Kamikaze Pasukan Pasti Mati,

Pembantaian St. Valentine

Lihat kisah lainnya di Valoli Menu
Senang dress atau aksesori klasik, cek Toko Valoli Lolita Fashion

Leave a comment